Sabtu, 24 Oktober 2015

Tutorial Memotret Light Trails (Fotografi)

Kembali lagi ke segmen Tutor Ngawur. Tapi, kali ini gue mau bahas tutorial yang agak bener. Tutorial kali ini masuk ke dunia fotografi, cara memotret 'Light Trails'.Sebenernya sih gue juga belum terlalu jago dalam dunia fotografi, tapi trik ini udah gue uji dan berhasil, jadi nggak ada salahnya gue share. Light trails apaan sih? Jadi light trails itu... emm.. gimana ya... gue jelasin pakai contoh aja, deh.

Gini nih, Light Trails. Source :google.com

Nah, udah paham kan apa itu Light Trails? Belum? Gugling sendiri lah. Oke, lanjut ke tutorial.

Hal-hal yang kalian butuhkan (menurut gue) antara lain:
  1. Kamera. (iyalah!) kalo gue pake kamera DSLR, nggak tau pocket cam bisa apa nggak
  2. Tripod, kalo ini yang punya aja, nggak wajib. Gue aja nggak punya tripod!
  3. Lens Hood, nggak wajib banget!
  4. Keberuntungan. Ya, kalo ini sih buat gue aja, maklum amatiran. Kadang beginner's luck ngebuat foto jadi lebih keren. Atau cuman gue aja ya?
  5. Teman. Ini sih nggak penting, kecuali kalian rela kesepian. Tapi gue saran in bawa temen buat ngobrol.
Setting kamera:
  1. Setting kamera ke mode manual, kalo di kamera gue simbolnya "M"
  2. Atur ISO kalian ke angka paling rendah, punya gue, sih 100
  3. Set Aparture ke paling tinggi, biasanya f/4 atau f/8 (semakin kecil angka semakin baik)
  4. Nggak usah pake flash
  5. Atur speed shutter diatas 10" (detik), gue pake yang 30" atau kalian bisa coba BULB mode.
  6. Atur titik fokus ke infinity.
Apa-apa yang harus kalian lakukan:
  1. Cari tempat aman buat memotret, contohnya di pinggir jalan atau trotoar. Jangan di tengahnya, nanti ketabrak. Eh tapi kalo ditengahnya ada median jalan nggak masalah sih, kalian bisa ambil foto disitu. Ato kalo nggak kalian cari jembatan penyebrangan buat ngambil foto diatasnya.
  2. Taruh kamera diatas tripod. Ingat, tripod nggak wajib. Cuman kalian harus pinter cari tempat yang rata untuk menaruh kamera. Kalo saking kepepetnya nggak ada tempat, kalian bisa pegang kamera langsung dengan catatan nggak boleh bergerak. Lamanya tergantung kalian set berapa speed shutternya.
  3. Cek settingan kamera kalian seperti yang diatas, nggak wajib sih, kalian bisa coba ber-eksperimen sendiri
  4. Bersiap untuk menekan tumbol shutter, kalo bisa baca do'a dulu sebelum menekan.
  5. Tekan tombol shutter, lalu tunggu. Lamanya anda menunggu tergantung ke-peka-an si dia.... eh, eh.. ngawur! Tergantung speed shutternya, kalo kalian set ke 30 detik ya kalian tunggu 30 detik. Nah, disini teman berperan penting buat ngusir rasa bosen. Kalian bisa ngobrol in soal pelajaran, sekolah, politik (kalo suka), dan lain sebagainya.
  6. Langkah terakhir adalah menikmati hasil foto kalian!

Light Trails by Khashaaisha Al Fikri, shutter speed 30", aparture f/... (lupa)

Oke, tutor ngawur kali ini selesai (padahal nggak ngawur-ngawur banget). Kalo ada yang kurang paham bisa di tanyakan di komentar, atau kalian cari sendiri tutorial di yutub.

Selamat Sabtu malam!

Sabtu, 17 Oktober 2015

Para Penegak Calon

Pertama-tama, persilahkan gue untuk meminta maaf dulu sama kalian, karena udah dua minggu gue nggak update. Ini karena dua minggu yang lalu dan minggu kemarin gue disibukkan dengan UTS. Ya, nggak kerasa gue udah menjalani SMA selama setengah semester. Cukup cepat. Udah lah, nggak usah lama-lama. Gue akan bercerita pengalaman Penerimaan Penegak Calon kemarin.


Oke, gue saranin kalian duduk manis dan ambil setoples cemilan, because this is a long story.

Waktu itu...


Hari Senin, dari pagi buta gue udah bangun dan siap-siap. Tas yang berisi baju dan perlengkapan yang udah gue siapin malemnya udah gue tata rapi. Nggak lupa seikat kayu bakar yang gue beli dengan selembar uang 5000an tapi beratnya udah 3 kiloan (itu kalo gue nggak salah ngira). Gue udah siap didepan, tinggal nunggu seorang pembalap yang bakal nganter gue ke sekolah. Setelah si pembalap siap, gue dan dia masuk ke mobil, kunci belum benar-benar terputar, gue udah teriak duluan, "Oiya, tongkatnya lupa!". Gue pun turun dari mobil dan ngibrit ngambil tongkat pramuka. Gue emang pelupa, kadang-kadang.

Sampai di sekolah, gue yang optimis akan jadi orang pertama di sekolah harus menunda perasaan itu. Mungkin lain kali, gitu pikir gue. Ternyata di sekolah udah rame banget. Padahal itu jam 6 looh. Anak-anak berjalan cepat dengan membawa bawaanku mereka masing-masing. Ada yang bawa carrier (gila, dia pikir kita mau naik gunung), ada yang sampe bawa 2 tas ransel, bahkan ada yang sampe narik-narik koper walaupun dipunggungnya udah ada ransel besar.

Mendadak pagi itu semua kelas sepuluh kayak mau minggat berjamaah. 

Gue bahkan cuman bawa satu tas ransel yg isinya perlengkapan secukupnya, tongkat pramuka dan seikat kayu bakar 5000an yang beratnya sampe 3 kilo (itu kalo gue nggak salah kira).

Setelah menaruh barang di kelas, gue selaku wapinsa (wakil pemimpin sangga) mengecek kelengkapan barang se sangga. Ada pasak, tikar, palu, alat buat lomba masak, dll. Yak semua lengkap! Kita semua dikumpulkan di lapangane Untuk mengikuti apel pemberangkatan. Yah, setelah apel yang sebenernya nggak penting, kita semua berangkat menuju bumi perkemahaan. Naik apa? Pertanyaan bagus. Kita naik truk polisi, setiap kelas naik satu truk. That's new experience. Naik truk polisi di jalan tol dengan kecepatan penuh sukses buat rambut berdiri dan mulut kering.

Sesampainya di bumi perkemahaan kita langsung diarahkan Untuk membangun tenda. Tenda pinsa gue udah berdiri karena ternyata 2 hari sebelum kami kemah, sudah ada yang kemah duluan. Sangga kami tinggal merapikan tenda, membantu sangga lain yang tendanya belum berdiri, lalu duduk santai di dalam tenda. Gue baru sadar, bumi perkemahan ini sama waktu gue SD dulu. Gue ternyata pernah kemah disini, tepatnya di Bumi Perkemahan Karanggeneng. Jadi semacam deja vu nostalgia gitu (*lah).

Setelah waktu bebas itu, kita dipersilahkan makan siang. Ternyata alat masak yang kita bawa itu cuman buat lomba masak di hari kedua, bukan untuk masak setiap harinya. Kita makan makanan jadi yang dimasak sama warga sekitar, Namanya bu Darsih. Dia yang mikirin menu makan 500 orang tiga kali sehari. Puas mengisi perut kita diberi waktu bebas lagi, setelah itu kita ke lapangan utama untuk melakukan upacara pembukaan. Terik matahari membakar, awan-awan sialan yang nggak tau kemana saat dibutuhkan, gue nggak ngedengerin pidato pembukaan dari kepala sekolah sama sekali. Gue kepanasan.

Setelah upacara, acara selanjutnya adalah sholat. Setelah sholat, acaranya padet banget, sepadet jalanan Jakarta kalo lagi macet. Pinsa-Wapinsa ikut koordinasi, 3 anggota sangga ikut game, 1 ikut apel sore, dan seharusnya 1 lagi buat ngejaga tenda. Tapi sangga gue cuma terdiri dari 6 orang, jadi nggak ada yang ngejaga tenda, untung sangga disebelah gue ada yang ngejagain jadi gue bisa nitip tenda. Gue duduk di kursi aula mendengarkan materi koordinasi dari kakak kelas dengan malas, sedangkan sorak-sorak orang-orang yang ikut game terdengar, kayaknya seru, pikir gue dalam hati.

Setelah menunaikan ibadah sholat Maghrib, kita diberi istirahat buat nunggu makan sholat Isya' sama makan malam. Setelah sholat dan makan, para anggota bebas, sedangkan kami para pemimpin dan wakilnya harus mengikuti materi dan koordinasi buat acara besok. Pinsa ikut materi, wapinsa ikut koordinasi, perfek kombinasi. Sepuluh menit pertama koordinasi berhasil gue lewat dengan biasa-biasa saja, menit berikutnya gue udah mulai ngantuk, nggak sampe tiga menit wapinsa yang lain juga merasakan hal yang sama. Isi koordinasinya nggak terlalu penting, toh sama dengan koordinasi waktu sore tadi. Kita protes minta dipulangkan ke tenda, kita protes minta tidur.

Akhirnya kita dipulangkan ke tenda lebih awal dari jadwal. Gue lihat dari kejauhan tenda gue rame penuh orang. Ternyata temen-temen sekelas, kampret mereka malah pada enak-enakan disini padahal gue mati-matian nahan ngantuk buat ngedengerin koordinasi. Gue usir mereka ke tenda masing-masing, soalnya udah mau jam malam. Gue usir mereka jam 10 an, sedangkan jam malam berlaku mulai jam 10.30. Gue suruh anggota gue masuk tenda, sebelum tidur gue kasih tau mereka apa yang harus mereka lakukan besok. Setelah berdo'a, gue suruh mereka tidur, lebih tepatnya berusaha tidur. Alarm gue set ke jam 12.00, setengah jam sebelum acara pertama kita besok dimulai. Gue berhasil tidur jam 10.45.


***

Alarm gue berbunyi tepat pada waktunya, gue malah udah bangun dua menit sebelum alarm gue bunyi. Langsung gue bangunkan temen-temen dan nyuruh mereka buat ganti baju pramuka lengkap, nggak lupa gue ingetin mereka buat pake kaos dobelan (ini tips yang dikasih tau kakak kelas waktu koordinasi). Jam 12.15 kita semua udah siap dengan seragam lengkap, sisa 15 menit lagi. Gue nyuruh temen-temen untuk jangan keluar dulu, takut dimarahin sama kakak kelas. Terdengar suara langkah kaki kakak kelas yang sedang patroli, tiba-tiba tenda di sebelah tenda gue mengeluarkan bunyi alarm. Huh, amatiran, masa nyetel alarm mepet banget. Sekitar tiga puluh detik bunyi alarm masih nyala, tandanya mereka belum pada bangun. Dari dalem tenda gue dikagetin sama teriakan kakak kelas "DEK, ALARMNYA DIMATIIN!". Gue tau, teriakan itu ditujukan tenda sebelah gue, pada saat itu juga alarm mati. Entah dimatiin atau emang udah selesai alarmnya.

12.30
Tiba-tiba teriakan kakak kelas terdengar, "Dek bangun! Ayo kelapangan utama sekarang!!". Sangga gue yang emang udah siap langsung keluar dari tenda dan pake sepatu, terus ngibrit ke lapangan. Ternyata sangga gue bukan sangga pertama yang sampe ke lapangan, ternyata gue juga salah strategi. Pelan suara pembina pramuka terdengar, walaupun pelan suaranya tetep tegas, berhasil ngebuat muka-muka mengantuk 400an orang terjaga. Nggak ngomong lama, kita langsung diarahkan ke lapangan "tempat suci", yang akan kita pakai buat upacara penerimaan penegak calon. Jalur jalan kita dipisah, antara laki-laki dan perempuan.  Sebelum sampai di lapangan "suci" kita disuruh cuci muka pake air kembang. Makin berasa mistis.

Di lapangan 'suci' ternyata antara laki-laki dan perempuan dikumpulin lagi. Upacara berlangsung, karena ada masalah yang cukup berat, jadi upacara jadi molor lama banget. Akhirnya masalah selesai, dengan hasil 8 orang tidak diterima masuk penegak calon. Kaki gue udah kesakitan disuruh berdiri lama-lama, akhirnya upacara selesai. Kita dipersilahkan duduk ditempat dan dibagi badge Ambalan. Acara puncak Upacara Penerimaan Penegak Calon, kita disuruh menjahit badge itu di lengan baju pramuka sebelah kiri. Ini tadi gunanya pake kaos dobelan, gue bisa leluasa ngelepas baju dan ngejait. Dengan bantuan cahaya bulan dan sebatang lilin, akhirnya jaitan gue selesai, walaupun nggak rapi, gue tetep bangga sama jaitan gue sendiri. uktinya udah dua minggu badge gue yang miring belum gue benerin. #BanggaJaitanSendiri.

Upacara selesai jam 02.45 , Kita kembali ke tenda, gue udah nggak bisa tidur lagi dan memutuskan untuk mandi. Oiya, sorenya gue nggak mandi. Temen-temen juga mau mandi, jadi kita ke kamar mandinya barengan (cuman ke kamar mandinya). Karena kita takut mandi di kamar mandi bawah, kita memutuskan untuk mandi di rumah warga yang memang bayar kalo mau make. Eits, jangan bilang gue penakut, kita emang dilarang make kamar mandi bawah (yang emang satu-satunya kamar mandi cowok) setelah Maghrib sampai setelah Isya' karena emang udah ada pengalaman yang 'dilihatin' sama 'kemasukan'. Tapi, siapa yang mau mandi dengan larangan gitu walaupun udah pagi buta? Di kamar mandi warga tentu kita harus antri, tapi nggak gue sangka, gue yang udah dateng cepet-cepet tetep harus ngantri 4-5 orang. Ya, emang belom jatah gue.

Paginya kita semua dikumpulin di lapangan utama lagi buat senam pagi, terus kita istirahat, terus kita makan lagi di rumah Bu Darsih, Jam 09.00, wapinsa harus ikut materi, 3 orang anggota ikut outbond dan 2 orang anggota ikut lomba masak. Gue setengah ngantuk negedengerin materi, apalagi di aula atas lantainya dingin. Jam 11.00 semua kegiatan selesai, gue dengan setengah lari menuju tenda, gue pengin tidur. Waktu istirahat kali ini emang lumayan lama, kita cuman nunggu sholat Dzuhur dan makan siang. Walaupun tadi gue ngantuk banget nggak tau kenapa waktu di tenda gue nggak bisa tidur malah ngobrol sambil ngemilin jajan. Gue nggak jadi tidur.

Sholat, makan siang, dan gue masih pengin tidur, Tapi nggak bisa lagi karena pinsa gue ngotot mau bersihin tenda. Gue ngalah, bukan, gue kalah. Karena gue cuman wapinsa, gue nggak bisa ngelawan pinsa. Gue nggak jadi tidur (lagi). Jam 15.00 semua dikumpulin lagi di lapangan utama buat memulai hiking. Kali ini gue tinggalin satu anggota buat ngebersihin sama ngejaga tenda. Hiking selesai 17.00, di hiking ini juga jadi perlombaan buat kita semua. Sore itu, gue udah janjian sama temen-temen setenda kalo nggak usah mandi, dan mereka setuju karena emang kamar mandinya penuh banget. Gue usulin kalo gue akan ngebangunin mereka jam 3 buat mandi. Mereka mengangguk.

Setelah sholat maghrib-makan malam-sholat Isya', acara dilanjutkan dengan malam api unggun. Kami dikumpulkan dilapangan api unggun yang udah ditaruhi lampion-lampion cantik dan ada tumpukan kayu bakar ditengahnya. Upacara penyalaan api unggun berjalan lancar dan khidmat. Setelah itu adalah acara pentas kesenian yang diikuti setiap kelas. Pentas ini juga ada juara dan hadiahnya. Menari, nyanyi, modern dance, sampe akustik, hingga acara selesai. Kami beru kembali ke tenda sekitar jam 23.30. Gue berjalan cepat ke tenda, ingin cepat-cepat tidur.


Baru 10 menit kami sampai di tenda, suara peluit panjang dari arah lapangan utama. Delapan kali, artinya itu menyuruh kami untuk berkumpul. Ada apa kah ini?! Tanya gue dalam hati. Dengan kaos, celana training, dan sandal jepit, gue setengah berlari ke arah lapangan. Pinsa dan anggota-anggota gue udah duluan, emang gitu urutannya, pinsa memimpin pertama, anggota ditengah-tengah,dan wapinsa terakhir untuk mengecek anggotanya. Ternyata, ada masalah lagi, setelah 8 orang tidak diterima, kali ini ada yang keluar dari perkemahan tanpa ijin. Mungkin mereka kira, kalo udah diterima bisa bebas seenaknya. Jadi malam itu, sebelum gue tidur, sebelum kita semua tidur, semuanya harus di absen.

Setelah absen, kita semua kembali ke tenda, kali ini benar-benar bersiap tidur. Jam menunjukkan angka 00.00, gue menyuruh semua anggota untuk langsung tidur. Setelah berdo'a, dan menyetel alarm untuk jam 3 nanti kami semua tidur, setidaknya tidur dengan tenang karena malam ini kami bebas dari upacara pagi buta.


***

Tenda gue adalah satu-satunya tenda yang mengeluarkan suara alarm pagi itu. Jam 03.00 tepat, gue buru-buru mematikan alarm dan membangunkan temen-temen untuk mandi. Setelah berusaha membangunkan temen-temen gue berhasil membangunkan satu temen, gue bangunin yang lain. Lima menit kemudian, gue menyerah. Mereka nggak mau bangun, akhirnya gue cuman berdua ke kamar mandi warga. Sampai di kamar mandi, perkiraan gue tepat. Belum ada siapapun yang mandi, gue bisa leluasa mandi lama-lama.

Gue akhirnya kena marah temen-temen se sangga lain karena nggak ngebangunin mereka. Mereka bangun jam setengah lima. Gue nggak salah karena gue udah berusaha negebangunin mereka.

Setelah senam pagi, kita diabsen lagi, dan ada masalah lagi (udah nggak usah gue bahas, kelamaan). Lalu dilanjutkan dengan sarapan, dan bersih-bersih tenda. Tenda udah dibersihkan dan diambrukkan, kita berkumpul di lapangan utama untuk mengikuti upacara penutupan. Padahal baru jam 11, tapi matahari udah sangat nggak bersahabat, gue jadi nggak ngedengerin apa kata pembina upacara. Setelah upacara, dilanjutkan dengan pengumuman juara-juara. Kita se sangga udah pesimis bakalan menang, bahkan pinsanya sendiri bilang, "Kita nggak pernah menang lomba.". Setelah semua lomba udah disebutkan dan kami bukan juaranya, tinggal satu lomba lagi, LOMBA MASAK. Come on, mana mungkin anak laki-laki macam kita juara masak? Pikiran kita se sangga. Tapi saat diumumkan, "Juara 1 Lomba Masak, dimenangkan oleh sangga... Pencoba 2 MIA 1!". Kita semua nggak percaya. ITU KITA! Gue kelepasan teriak keras, sampe diliatin anak-anak lain. Sial.

Yang penting, sian itu, Pencoba 2 MIA 1, Menang. Lomba MASAK.


Akhirnya perkemahan selesai, kita pulang lagi ke sekolahan. Naik truk polisi lagi, rambut gue berdiri lagi, mulut gue kering lagi. Sampai disekolah, gue udah ditunggu. Setelah pamitan, gue pun pulang.

Di rumah, gue langsung mandi, makan, dan tidur.

~Fin~


Selamat Sabtu malam!