Sabtu, 25 Juli 2015

Jika Kalian Rindu (Behind The Scenes)

Yap, gue baru-baru ini upload satu video di YouTube. Judulnya, "Jika Kalian Rindu".

Cerita dimulai gara-gara gue dikasih tau satu film lawas yang katanya bagus sama mahluk ajaib yang pernah gue ceritain sebelumnya, Luqman. Itu looh, yang jago main gitar sama bass. Catatan Akhir Sekolah, film tahun 2005 yang berarti waktu film itu muncul gue masih TK (dan itu nggak penting). Setelah nonton filmnya, gue ngomong ke Luqman, "Gimana kalo kita juga buat film kayak gitu?" Dan akhirnya, dimulailah proyek pembuatan film.

Dengan berbekal kamera digital kecil dan dua lembar script yang lebih tepat disebut coret-coretan. Gue dan Luqman memulai proses syuting. Sebenernya ini bukan pertama kalinya gue syuting, karena gue udah pernah syuting buat tugas pelajaran Bahasa Indonesia dulu, bareng geng "5Kacamata". Waktu itu peralatannya lebih baik dengan script (yang benar-benar script) dan kamera DSLR. Eh, kenapa gue malah cerita yang lain... Lanjut!

Syuting film ini nggak semua berjalan lancar. Gue salah mulai, gue mulai sehari sebelum tryout. Ya, jadi waktu itu gue lagi sibuk persiapan buat UN SMP. Gue tetep bela-belain bawa kamera dan shoot setelah pulang sekolah. Ada juga kendala waktu scene gue ngomong dan wawancara, tenyata kualitas rekaman audio kamera digital gue jelek. Karena kita (gue dan Luqman) sibuk untuk TO, kita nggak terlalu memperdulikan kualitas audio. Yang penting jadi, begitu pikir kita waktu itu.

Kendala juga datang waktu kita udah nggak punya waktu lagi buat shoot. Kita udah mulai disibukkan dengan pelajaran tambahan, dan pendampingan yang membuat kita pulang sore dan malas untuk syuting. Yah, waktu itu gue tetep bawa kamera kalo ada adegan dadakan buat scene "Kisah Cinta". FYI, scene "Kisah Cinta" ini nggak ada script sama sekali, nggak ada settingan sama sekali. Jadi gue cuma nunggu (atau lebih tepatnya mencari) adegan-adegan temen-temen pacaran. Yah, pikiran gue memang nakal. Tentu ada yang sadar kamera dan mengira gue akan melaporkannya ke guru. Waktu itu gue cuman senyum dan bilang, "Nggak kok".

Setelah beberapa minggu nggak syuting dan masih banyak scene-scene yang kurang. Waktu semakin sempit, TO-tambahan-TO-tambahan terus berulang. Kita nggak ada waktu luang lagi dan memutuskan break. Tanpa terasa waktu lewat begitu saja, tiba-tiba UN sudah didepan mata. Setelah UN, liburan dan kita nggak bisa ketemu lagi. Padahal masih banyak rencana scene-scene yang belum keambil.

Perpisahan. Waktu yang seharusnya jadi 'deadline' kita, acara penayangan film ini dibatalkan karena belum jadi. Karena waktu perpisahan pemutaran film gagal, kita beralih ke rencana B, "Upload ke YouTube". Yah, rencana ini juga nggak berjalan mulus. Kita nggak lanjut syuting karena memang udah nggak bisa ketemu lagi dan terhalang Cameraman Blocks, versi video dari Writers Blocks. Sampai waktu lebaran kemarin, ibu gue mengingatkan gue tentang film ini. Dia reuni SMP, dan gue teringat film ini. File film inipun gue buka lagi, dan gue edit lagi dengan konsep seadanya. Scene terakhir yang gue shoot yaitu scene judul yang gue nebelin tulisan "Jika Kalian Rindu", semalam sebelum proses upload. Akhirnya film yang berdurasi 9 menit 45 detik ini berhasil gue selesaikan dan upload.

Yang mau nonton nih,

Yang masih bingung sama jalan ceritanya bisa klik di SINI (klik kata "SINI")


Akhirnya, beban gue udah hilang. Janji bakalan upload YouTube udah gue selesaikan. Yah walaupun kualitas gambar dan suara masih sangat minim. Gue keinget lagi salah satu kultwit gue soal ini.


Atau mungkin kata terakhir gue ganti, "videonya."


Selamat Sabtu malam!

Sabtu, 18 Juli 2015

Marhaban Ya Lebaran

Diawal bulan Ramadan gue udah nulis satu postingan berjudul "Berkah Awal". Yah, semua orang juga tau kalau bulan Ramadan itu bulan yang banyak berkah. Gue juga setuju karena memang gue dapet sendiri keberkahan itu. Terus, apakah diakhir bulan Ramadan ini gue juga dapet berkah?

Tentu!


Lebaran berhubungan erat dengan mudik. Saat lebaran, hampir semua kalangan masyarakat ikut mudik. Begitu juga dengan gue, tahun ini gue ikut mudik. Sebenernya bagi remaja sepantaran gue atau yang lebih muda dari gue itu nggak akan bisa mudik. Kenapa? Kerana pengertian mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Sedangkan gue, kerja aja belum apalagi merantau?

Saat mudik, salah satu hal yang pasti adalah munculnya acara pantauan arus di televisi. Mudik kayak jadi event tersendiri buat stasiun-stasiun TV untuk menarik penonton. Setiap jam, menit, detik, desidetik, milidetik, sampai nanodetik (nah, gue mulai lebay) pasti ada acara pantauan arus itu. Mungkin nanti kalo udah sakin ekstrimnya, waktu gue lagi seru-serunya nonton pertarungan BimaX lawan Evil Torga, tiba-tiba reporternya nyela, "Maaf mas BimaX, gentian dulu sama acara pantauan arus, lagi penting!". Terus si reporter nyapa penonton, "Yak, pemirsa disini saya melaporkan dari..." Wat de..

Sholat Ied adalah ritual wajib saat Lebaran. Semua orang berbondong-bondong bangun pagi, siap-siap, terus berangkat ke masjid. Pagi itu, semua masjid penuh dengan orang-orang. Anehnya, tanpa direncanakan sebelumnya, kebanyakan orang pada pakai baju warna putih. Gue juga bingung, apa mereka janjian? Atau memang kebetulan?

Lebaran juga identik dengan ketupatnya. Dulu, waktu masih kecil, gue pernah minta diajarin cara bikin ketupat. Setelah beberapa menit mencoba, gue akhirnya menyerah. Ternyata bikin ketupat itu susah. Nah, temen akrab si ketupat siapa lagi kalo bukan opor ayam. Tanpa opor, ketupat nggak enak, seret. Ketupar dan opor ayam nggak bisa dipisahin, mereka salaing melengkapi, dan salaing mencintai (oke, gue mulai gila.).Eh, puasa gue batal nggak ya ngomongin opor sama ketupat? Jujur aja ini ditulis di hari ke-28.

Nah, sekarang saatnya berkah yang semua orang tunggu-tunggu. Te Ha eeeeeeRRRR!! Siapa sih yang nggak nungguin THR? Ya, ini adalah salah satu alasan wajib orang-orang nungguin lebaran. Tradisi berkunjung dari rumah ke rumah dengan alasan silaturahmi. Tapi akhirnya salam tempel lah yang ditunggu. Yah, kenangan masa lalu, coba aja kalo gue yang sekarang ngelakuin kayak gitu, bisa malu atau bahkan malu-maluin. Bayangin aja anak 15 tahun kelas sepuluh SMA, tiba-tiba dateng ke rumah tetangga atau saudara hanya untuk makan beberapa kue dan bilang, "Om, THRnya mana?"



Dengan berakhirnya lebaran, berarti berakhir juga Ramadan. Nggak ada lagi acara buka berasama, sahur on the road, atau tarawih. Nggak ada lagi jerit-jerit ketakutan dari gue yang kaget karena suara pertasan. Ramadan, terimakasih sudah ngumpulin keluarga yang biasanya nggak bisa ngumpul, terimakasih sudah membuat orang yang bermusuhan saling memaafkan, terimakasih sudah membuat orang yang biasanya pelit bisa memberikan THR.


Ramadan...

Terimakasih.

Gue dan segenap tulisan-tulisan gue mengucapkan, Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin!
Oh, iya si Io juga pingin ngucapin nih...

Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin yaa!

Salam, Io si jam tangan.

Dan Selamat Sabtu malam!

Sabtu, 11 Juli 2015

MOS

Sudah sewajarnya bagi gue, anak baru di sekolah baru untuk mengikuti MOS. Itulah yang gue alami selama beberapa hari kemarin, mengikuti MOS di salah satu SMA Negeri di Semarang. Ya, sekarang gue udah masuk SMA, kelas sepuluh. Sekolah yang (belum) bisa gue banggakan. Gue masuk ke sekolah yang berbeda dari ekpektasi gue. Yah, kalo udah begini salah siapa?

Salah pemerintah? Bukan.
Salah guru? Tentu saja bukan.
Salah orangtua?Ya bukanlah!

Akhirnya  gue sadar, ini salah gue sendiri suka nyalah-nyalahin orang.



***


Hari pertama, gue bersiap dengan santai, si Io menunjukkan angka 6.15. Tertulis di undangan, kalo gue harus sampai sebelum jam 7. Tapi. Come on, siapa sih yang mau ngehukum anak baru? pikir gue.

Gue sampai di sekolah tepat lima menit sebelum jam 7. Baru memasuki gerbang, gue langsung diteriaki, "DEK JAKETNYA DILEPAS!". Jaket memang udah jadi bagian dari seragam wajib gue. Gue melepas jaket sambil tersenyum, senyum adalah strategi perlawanan gue nomor satu.

Memasuki lorong, ada lagi senior yang teriak, "CEPET DEK! LARI!!". Gue tetap berjalan santai (masih sambil tersenyum). Tanpa diduga seorang senior laki-laki meneriaki gue lebih keras, "LARI DEK!! KAMU LAKI-LAKI APA BUKAN?!!!". Gue sempet kaget, tapi cepat mengendalikan diri, gue sedikit mempercepat langkah gue, belum sampai lari dan masih tersenyum. Heh, kalian pikir gue bakalan takut sama teriakan kalian? Gue udah biasa digituin di kelas 7 dulu.



Gue (kami) diarahkan untuk mencari kelompok sendiri-sendiri. Gue perhatikan nama kelompok yang tertempel di pintu-pintu kelas : Uzumaki 1, Senju 2, sampai Uchiha 3. Panitia pasti fans fanatik Naruto nih, gue aja nggak sampai begini. Pikir gue. Gue kebagian kelompok di Hyuga 6, dengan agak kecewa gue masuk ke kelas dan menaruh tas. Sebenernya gue juga sedikit protes dalam hati, Hyuga seharusnya ditulis "Hyuuga", pakai dobel u!

Setelah menaruh tas, gue (kami) diarahkan ke lapangan, masih disertai suara teriakan senior. Masih dengan berjalan dan tersenyum gue ke lapangan, sudah terlihat barisan teman-teman yang nantinya akan jadi teman seangkatan dan seorang guru (mungkin) yang berteriak-teriak di depan mereka. Apa lagi kali ini?


Foto dapet download.

Singkat cerita, setelah puas latihan upacara dan diteriaki. Gue (kami) disuruh masuk ke kelas yang sudah dibagi tadi, gue Hyuga 6, kurang u satu. Di kelas, dengan 2 kakak-kakak senior, gue berusaha mengakrabkan diri dengan teman-teman baru. Gue hampir ditunjuk sebagai ketua kelas, gue kaget, gue berusaha menolak, setelah adu mulut sebentar dengan senior, gue menang. Gue batal jadi ketua kelas.



***


Rasanya kalau MOS nggak pakai teka-teki barang bawaan kurang seru, kalo nggak disuruh-suruh nggak lengkap, kalo nggak dibentak-bentak kurang afdhol. Yah, semua itu gue terima di MOS ini, gue jadi kepikiran, Oh, jadi begini rasanya disuruh-suruh.. .  Gue inget kalo kelas 9 dulu gue juga nyuruh-nyuruh adek kelas yang baru masuk SMP. Inget rasanya dulu udah jadi senior, sekarang turun lagi jadi junior.

Walaupun teka-teki, suruhan, dan bentak-bentakannya aneh-aneh, gue tetap mengikuti MOS tiga hari ini dengan senyuman, serta menutup hari juga dengan senyuman. Yah, tersenyum memang pilihan yang paling pas. 

O iya, di MOS ini yang bikin gue paling excited adalah saat gue (kami) memilih ekskul. Cara gue (kami) memilih eksul adalah dengan mendatangi stand-stand yang ada di lapangan. Jadi berasa masuk ke anime-anime Jepang gitu. Begitu memasuki lapangan segera menyerbu senior-senior yang menawari ekskulnya. "Ayo dek, ikut ekskul ini, keren!!" Teriak para senior. Gue sempat bingung memilih ekskul, akhirnya gue milih fotografi dan satu ekskul olahraga. Basket (dengan sedikit paksaan).



Dan akhirnya MOS ditutup sore ini, jam 4.30. Ditutup dengan penglepasan balon yang udah diikatkan ke kertas. Kertas yang berisi harapan. Sore ini langit dihiasi dengan ratusan balon warna merah dan putih yang penuh denga harapan kami semua.




Dengan berakhirnya MOS, gue jadi dapet jawaban,

Dimanapun sekolahnya, kalau gue sengguh-sungguh dan semangat, kesuksesan juga bakalan dateng 
sendiri.


Selamat Sabtu malam! Selamat puasa, dan selamat memasuki tahun ajaran baru!!

Sabtu, 04 Juli 2015

Review Film : "Minions"

Rabu tanggal 1 Juli kemarin, sebenernya gue ada acara main bareng temen-temen. Tapi, nggak tau kenapa acara itu dibatalin begitu saja. Gue yang udah terlanjur siap mau nggak mau mengambil keputusan, gue harus jalan sendiri. Gue tetap di rencana awal, yaitu menonton film.

Dari rumah sekitar pukul 12.30, dengan mengenakan kemeja putih kebesaran dan celana jeans, gue berangkat. Sesampainya di mall, gue bergegas ke bioskop, gue belum beli tiket. Sesampainya di bioskop gue langsung antri, sampai akhirya tiba giliran gue. "Film apa kak?", tanya mbak-mbak yang jadi ticket seller-nya. Plis deh mbak, gue masih 15 tahun! Pikir gue dalam hati. Jujur aja, gue orangnya pemalu, super pemalu malah. Gue yakin temen-temen sekolah yang baca kalimat tadi pasti marah-marah dan bilang, "Pemalu apaan?! Nggak tau malu mungkin?!" Serius men! Kalo sendirian gue bahkan nggak akan bicara kalo nggak ditanya, beda cerita kalo ada temen.

Singkat cerita setelah menyebutkan judul film, menentukan jam, memilih tempat duduk, dan membayar, gue dikagetkan dengan teriakan mbak-mbak tadi. Entah itu memang SOPnya atau Si Embak memang nggak bisa ngomong pelan-pelan. "MINIONS, JAM 13.55, SATU TIKET. TERIMAKASIH!!" Gue kaget, dengan perkataan Si Embak itu, gue jadi kaliatan kayak laki-laki-jomlo-nggak-punya-temen-yang-pakai-kemeja-kebesaran. Ya mbak, terimakasih kembali, terimakasih karena telah mempermalukan saya. "Heh", suara hembusan nafas dari mas-mas yang ngantri dibelakang gue, dengan sedikit lirikan gue tau kalo dia nyengir. SIALAN!

Gue iseng, gue pingin tau Si Mas nonton apa. Oh, ternyata Terminator, Heh! apaan itu, nggak ada lucu-lucunya. Nggak seru! pikir gue.

Karena filmnya masih lama, gue memutuskan untuk jalan-jalan dulu. Gue ngerasa banyak yang merhatiin, sampai gue melewati segerombolan anak-anak muda, mungkin sepantaran gue. Mereka ngeliatin gue seolah-olah bertanya "Om-om kantoran darimana nih?". Gue memang norak.

Dan akhirnya tiba saatnya menonton.



Film dibuka dengan animasi-animasi sederhana yang nyeritain asal minion. Jadi, para minion ini dulu berasal dari laut, sesuai dengan teori (lupa namanya) bahwa kehidupan berawal dari laut. Ceritanya, dari awal para minion ini tercipta, mereka sudah mencari-cari makhluk yang mereka anggap berkuasa di suatu wilayah. Mereka sempet ngikutin T-Rex, manusia purba, Dracula, Fir'aun, sampai Napoleon Banoparte. Tapi, setiap kali mereka menemukan 'bos' baru, pasti si 'bos' itu terkena kesialan gara-gara ulah para minion itu sendiri. Sampai akhirnya mereka menemukan gua di antartika dan membuat peradaban.

Sampai bertahun-tahun, para minion akhirnya bosan dengan kehidupan tanpa 'bos' ini. Lalu muncullah seorang... sebuah (mungkin) minion bernama Kevin yang beambisi untuk mencari 'bos' baru. Bersama Stuart dan Bob, si Kevin ini memulai perjalanan untuk mencari 'bos' penjahat baru. Sampai-sampai mereka mendatangi pameran rahasia Villain-Con, dan bertemu Scarlet Overkill, penjahat wanita nomer satu.



Singkatnya, film ini lucu. Ada salah satu scene yang bikin gue ketawa keras. Sebenernya semua scene juga gue anggep lucu banget, tapi gue sedikit jaim karena takut digebukin satu studio kalo ketawa terlalu keras. Yaitu saat Stuart menghipnotis para penjaga mahkota Ratu Elizabeth. Terus waktu Stuart dikasih hadiah gitar listrik sama si Ratu. Gue jadi suka karakter Stuart. Di akhir film, gue dikagetkan dengan satu dialog Bob yang boneka beruangnya, Chip, dikasih mahkota sama si Ratu. Si Bob ngomong "Terimakasih-terimakasih". Gue browsing, ternyata sutradaranya masih punya darah Indonesia.

Pokoknya film ini cocok ditonton sama semua orang. Pulang nonton gue nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri. This is a good movie. Mungkin dengan senyum gue bisa ngerubah image yang tadinya laki-laki-jomlo-nggak-punya-temen-yang-pakai-kemeja-kebesaran jadi laki-laki-jomlo-gila-nggak-punya-temen-yang-pakai-kemeja-kebesaran. Yah, gue cuek aja. Gue membalas semua pandangan aneh tu dengan senyuman, sama seperti gue menutup postingan ini dengan senyuman.

Selamat Sabtu malam! Selamat puasa!