Sabtu, 26 September 2015

Kemah

Hari Senin besok gue akan mengikuti salah satu kegiatan yang memebuat kehidupan SMA gue penuh kenangan. PPC, Penerimaan Penegak Calon, acara tahunan bagi anak-anak kelas 10. Gue bener-bener nggak sabar mengikuti PPC ini. PPC ini berbentuk perkemahan 3 hari 2 malam. Baru liat jadwalnya aja otak gue udah berimajinasi bagaimana keseruan kegiatannya nanti. Jadwalnya padat benget!

Nggak berbeda dengan jadwalnya, barang bawaannya juga ikut padat. Gue diharuskan membawa barang-barang yang nggak tau cukup dimasukkan ke satu tas atau nggak, belum lagi bawaan per sangga, Gue juga nggak tau seberapa berat bawaan gue nanti. Otak gue udah gue larang berimajinasi. 

Tempat perkemahan tahun ini di Karanggeneng, Gunung Pati. Gue juga belum tau pasti gimana tempatnya. Yah, bagi gue yang terpenting adalah kamar mandinya, karena kalau kamar mandinya kotor, bisa dipastikan selama 3 hari itu gue ogah-ogaham mandi. Oke, gue nggak akan ngebayangin hal itu dulu.

Salah satu hal yang membuat perkemahan menyenangkan adalah tidur di tenda. Udah lama juga gue nggak tidur di tenda, kurang lebih sudah 3 tahun. Tiga tahun yang lalu, kira-kira waktu gue duduk di kelas 6 SD. Sekolah gue mengadakan perkemahan 3 hari 2 malam juga. Gue masih inget, walaupun udah lupa nama tempatnya. Gue saat itu jadi ketua regu, dan mempin anggota gue mengikuti perkemahan. Oke, malam ini gue nggak akan flashback. Gue capek mengingat.

OH IYA!!!!!

GUE BELUM DAPET KAYU BAKAR!!


Yaudah ya, gue mau cari kayu bakar dulu buat barang-barang kemah besok. Pokoknya bakalan gue ceritain apa yang gue alami disana.  

Selamat Sabtu malam!

Sabtu, 19 September 2015

Sunday Trip!

Minggu lalu, gue dan teman-teman memutuskan untuk melakukan Sunday Trip (asek, bahasa gue :)...). Kita udah penat dengan aktifitas seminggu yang super padat dan melelahkan. Teman-teman gue lelah karena belajar dan mengeluh, gue lelah karena belajar dan mendengar keluhan-keluhan mereka. Oke, perlu kalian tahu, gue nge-trip nggak bareng teman kelas maupun teman sekolah. Gue jalan bareng teman-teman gue waktu SD.

Mungkin dari kalian ada yang nanya, (mungkin sih...) "Kenapa masih bisa akrab sama temen-temen SD sih? Gimana caranya?" Atau semacam itulah. Jangankan kalian, gue bahkan nggak tau jawabannya. Mungkin karena selama 6 tahun di SD gue orangnya baik banget, atau mungkin karena gue enak diajak jalan-jalan. Entahlah, hanya teman-teman SD gue yang tahu.

Ya, oke, kita lanjut aja ke cerita.

Berawal dari Minggu pagi, sangat pagi malah. Gue yang emang udah merencanakan trip ini segera bersiap. Cuci muka, sikat gigi, dan nggak perlu mandi. Perjalanan gue dimulai degan menjemput salah satu teman di rumahnya. Dia adalah Jamal. Jamal sudah beberapa kali gue ceritakan di blog ini. Jadi nggak perlu di jelaskan lagi. Setelah itu, gue dan Jamal, berangkat menjemput Dias. Temen SD kita juga. Setelah pengecekan barang selesai, kita pun siap berangkat!

Tujuan kita adalah Air Terjun Gonoharjo. Air terjun yang terletak di Desa Gonoharjo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Gue, Jamal dan Dias berangkat dari jam 6, mengendarai 2 sepeda motor. Perjalanan ke air terjun awalnya lancar, sampai kita bertemu sebuah penunjuk jalan yang menyesatkan. Penunjuk jalannya sih bener, tapi jalan yang ditunjuk berakhir pada jalan alternatif. Sampailah kita menghabiskan waktu lebih lama di jalan. Jalanan terjal, jalanan curam penuh batu dan lubang membuat motor yang kami naiki terhambat. Prinsip yang gue pegang saat itu adalah, jalan pelan-pelan asalkan selamat. Jujur aja, itu kali pertama gue naik motor di jalan alternatif. Gue taku... bukan, bukan takut. Gue ngeri.

Tapi jalan alternatif ini juga memiliki kelebihan sendiri, yaitu pemandangannya yang bisa gue pastiin nggak bakalan ada di jalan utama.


Pemandangan di sekitar perjalanan.

Yap, setelah gue melewati jalanan yang sangat menyita waktu, dan menguras tenaga, akhirnya kita sampai. Kita sampai sekitar jam 8. Setelah memarkirkan motor, kita bergegas membeli tiket, masih sepi, parkiran hanya terisi 10-15 motor. Harga tiketnya  cuman 8000, cukup murah untuk wisata air terjun dan pemandian air panas. Perjalanan gue ternyata belum berakhir, gue harus menempuh jalanan setapak menurun yang gue kira-kira kurang lebih 500 meter. Kalo gue sih...

Setelah menempuh jalanan setapak menurun yang lumayan bikin keringetan tapi kebayar sama keindahan view disekelilingnya, gue sampai di barisan warung-warung. "Gue kesini nggak cari warung! gue cari air terjun!" pikir gue dalam hati. Setelah melewati barisan warung-warung, ternyata gue nggak langsung dipertemukan dengan air terjun. Gue dipertemukan dulu sama kolam pemandian air panas dulu (nggak gue foto). Ternyata perjalanan ke air terjun masih menempuh jalanan setepak lagi.. Jauh di depan...

Ya, gue masih sanggup. MASIH.

Perjalanan menuju air terjun dimulai. Gue berjalan dengan semangat. Di tengah-tengah, jalan dipotong oleh sungai yang kalo diperkotaan bisa jadi tempat wisata yang tiket masuknya 20.000. Jernih banget.
Gue menyegarkan diri disitu, airnya sejuk.

Jamal melepas penat.

Setelah puas main disungai. Kita ,melanjutkan perjalanan, naik-turun jalan setapak, penuh batu-batu tajam. Gue saranin kalian kalo kesini pakailah sepatu. Jalan setapak ini kalau gue kira-kira kurang lebih 800 meter, kalau gue sih...

Dan akhirnya, setelah sejam lebih berjalan karena sering istirahat, kita akhirnya sampai. Di Air Terju Gonoharjo!


Air tejun ini tingginya kurang lebih 25 meter (kata mas-mas yang gue tanya sih). Sampai disini kecapean, dan keringet gue terbayar lunas! Air terjun yang keren ini sukses buat gue terpesona. Sayang, di sepanjang jalan masih banyak sampah-sampah bekas turis nggak berperasaan. Coba gue bawa kantong plastik, pasti gue pungutin deh.

Kita pun nggak cuman ngeliatin air terjun aja. Kita mencoba main air disini. Diawali dengan Jamal dan Dias yang langsung nyebur setelah melepas sepatunya. Dan gue masih dipinggiran karena harus mengambil gambar mereka (alesan). Oke, jujur, gue takut.

Dias.

Jamal
Dan akhirnya tiba saatnya gue ikutan nyemplung. Masa gue kesini nggak nyemplung, kan nggak afdol. Gue langsung lompat ke air dan... TERNYATA AIRNYA DINGIN BANGET!!! Ini adalah air terdingin yang gue buat mandi. Gue nggak kuat lama-lama, dinginnya air ditambah angin dari air terjunnya ngebuat badan jadi menggigil hebat. Gue kalah dimenit ketiga.

FREEZING..

Setelah puas bermain air, gue kembali turun. Melewati jalan yang sama, bedanya gue kali ini turunnya nggak pakai sepatu. Dan gue menyesal. Setelah sampai di kolam air panas kita kembali menceburkan diri di kolam air hangat. Berendam di sana berlama-lama. Feel like yaccuzi...

Setelah puas berendam, dan bilas, kita pulang. Kali ini lewat jalan utama tentunya, karena kita kapok lewat jalan alternatif. Hilang sudah kepenasaran gue  tentang air terjun ini...

Di rumah, gue berpikir, rencana Sunday Trip bareng temen-temen harus gue susun kembali, di tempat tujuan yang berbeda tentunya...


Selamat Sabtu malam!

Sabtu, 12 September 2015

Duka dan Gembira

Hari itu sahabat terdekat gue udah nggak bisa bersama gue lagi. Namanya Pec. Dia udah pergi ninggalin gue. Padahal baru 5 tahun gue bersama dia. Walaupun gue tau 5 tahun bukan waktu yang sebentar, tapi tetep aja kayaknya baru kemarin gue ketemu dia. Sebenernya gue juga nggak tau alasan dia pergi secepat ini. Tau-tau dia udah nggak berdaya lagi. Kondisinya parah, salah satu tangannya putus.

Pagi itu gue bangun seperti biasa, makan seperti biasa, dan nonton kartun pagi seperti biasa. Itu semua gue lakukan bersama dia. Tapi gak tau kenapa, sekitar pukul 10.30 waktu gue lagi iseng manasin mesin kamera, tiba-tiba salah satu tangannya putus. Gue panik, dan segera minta bantuan. Tapi percuma, dia udah gak tertolong.

"Kenapa secepat ini? Kenapa harus hari ini?! Padahal besok ujian! Gue kan nggak bisa hidup tanpa Pec!"

Selamat Tinggal Pec.

si Pec.
Ya, Pec adalah sebuah kacamata. Eits, jangan salah! Walaupun dia kacamata, tetep aja dia sahabat gue yang paling setia. Waktu gue seneng dia ada, waktu gue nangis kejer juga dia masih nempel di kepala gue. Banyak kenangan yang tercipta antara gue dan Pec selama 5 tahun ini. Dia rela gue pake waktu tidur (sebenernya ketiduran), dia nggak protes waktu air mata gue netes ke lensanya, dia juga nggak marah waktu kena bola basket. Pokoknya gue sayang sama Pec.

Karena gue nggak bisa hidup tanpa Pec (baca : kacamata). Akhirnya gue ke optik langganan untuk beli kacamata baru. Begitu sampai di depan optk, aura ratusan kacamata berbagai model langsung terasa. Baru melewati pintu masuk, ratusan kacamata berbagai model itu teriak,

"Beli aku!"
"Pilih aku!"
"Jangan, pilih aku aja!"
"Hargaku lebih murah, beli aku aja!"
"Aku lebih keren, beli aku aja!"

Gue bingung.

Gue butuh waktu setengah jam lebih untuk memutuskan kamata mana yang gue beli. Si Pemilik Optik (yang juga udah kenal gue) sampai mengeluarkan puluhan model kacamata yang selalu gue tolak, "Ah, gak cocok pak." Sampai pada satu kacamata yang ngebuat gue mikir, "Keren juga." Tanpa pikir panjang--karena si Pemilik Optik juga udah keliatan jengkel-- gue langsung bilang, "Yang ini keren juga pak, ambil yang ini deh." Si Pemilik Optik pun tersenyum lega bahagia.

Kacamata ini sebenernya sama kayak kacamata-kacamata lainnya. Yang bikin gue tertarik adalah warnanya. Dengan warna dasar hitam terus ditumpuk sama plastik warna putih ngebuat jadi berkesan keren. Gue sebagai penggemar fanatik warna hitam-putih nggak mau kehilangan kesempatan ini. Gue kasih nama kacamata itu Si Bianco (bahasa Italia dari "putih'". Berasa keren gitu pake bahasa Itali)

Gue salah BESAR!

Gue kira si Bianco langsung gue pake dan dibawa pulang. Tapi ternyata gue harus nunggu proses pembuatan lensanya. "Paling cepet seminggu." Kata si Pemilik Optik tadi. Karena hari Seninnya gue Ujian, gue dengan sangat sangat sangat terpaksa akhirnya memakai kacamata cadangan. Si Pec Mk.II

Pec Mk.II

DAAAAAAN... Akhirnya setelah menunggu seminggu, Bianco ahirnya bisa bersanding di kepala gue,Gara-gara gue make Bianco, tingkat kecupuan gue berkurang 1%. Yah, lumayan untuk orang yang cupunya 90%. Oiya kalian dapet salam dari Bianco, dia sekarang lagi nemenin gue nulis paragraf terkahir ini. Untuk Pec, selamat tinggal, hati-hati disana, terimakasih sudah menemani  gue selama 5 tahun ini. Pec, terimakasih.

Selamat Sabtu malam!

Tulisan ini didedikasikan untuk
Spectacle, si Kacamata
2010-2015

Sabtu, 05 September 2015

Surat Untuk Pak Menteri

Dear Menteri Pendidikan, Bapak Anies Baswedan. Saya perwakilan dari siswa-siswi SMA di Semarang dan daerah Jawa Tengah lainnya yang belum terbiasa dengan program "5 Hari Sekolah" memutuskan untuk menulis surat ini. Karena jadwal saya terlalu padat dan harus mengerjakan PR-PR yang menumpuk setinggi gunung. Bisa dilihat di postingan saya sebelumnya di SINI (klik tulisan SINI). 

Eh... didalam surat nggak bisa nulis link kan ya...


Oke, saya lanjutkan saja surat ini. Pak, saya baru saja masuk SMA dan merasakan program "5 Hari Sekolah". Saya rasa, program ini sangat, sangat, sangat, sangat tidak efektif. Kenapa? Karena saya banyak menerima curhatan-curhatan lebay dari teman-teman saya. Seperti :

"Aduuuh, kapan pulang nih?! Setengah hidup kita dihabiskan di sekolah!"
"Lima hari sekolah tapi pulangnya sore-sore. SAMA AJA!"
"Bisa mati kering disekolah kalo gini terus caranya!"
"Uang jajan udah habis, tapi belum pulang-pulang. AAAARGH!!!"

Dan lain sebagainya...

Kasihan mereka Pak, kasihan saya juga Pak. Oke Pak, sekarang kita coba kita bandingkan antara anak sekolah dan pekerja kantoran.

Anak sekolah masuk jam 07.00 dan pulang jam 15.15, dengan 2 kali istirahat yang kalau ditotal hanya 45 menit. Jadi kalau dihitung-hitung, anak sekolahan belajar disekolah selama kurang lebih 7 jam 30 menit.

Pekerja kantoran masuk jam 08.00 dan pulang jam 16.00 dengan sekali istirahat makan siang total 1 jam. Jadi, dia bekerja di kamtor selama kurang lebih 7 jam. Tiga puluh menit lebih cepat dibanding anak sekolahan.

Dan perlu diingat, pekerja kantoran pasti digaji setiap bulannya, dan anak sekolahan malah mengeluarkan uang setiap harinya untuk keperluan tugas, jajan, dan lain-lain.


Oke, kita lanjut saja pak. Ada yang mengatakan kalau program "5 Hari Sekolah" memungkinkan siswa beristirahat di hari Sabtu dan Minggu. Tapi Kenyataannya... Hari Sabtu dan Minggu malah digunakan untuk mengerjakan tugas. Mananya yang beristirahat? Apanya yang bersama keluarga? Hari Sabtu dan Minggu kita nggak bisa beristirahat, nggak bisa bercengkrama dengan keluarga karena tugas kelompok diluar rumah. Apalagi ditambah dengan Kurikulum 2013.

Ada yang bilang juga kalau program "5 Hari Sekolah" mengurangi kenakalan remaja, vandalisme, dan kegiatan-kegiatan merugikan lainnya. Tapi nyatanya vandalisme masih banyak, anak-anak nakal disekolah saya juga banyak. Pada kenyataanya program "5 Hari Sekolah" tidak banyak mengubah remaja-remaja yang memang sudah nakal. Kan kasihan remaja-remaja yang nggak nakal seperti saya.

Tapi itu semua mungkin cuman curhatan temen-temen saya aja yang lebay Pak. Mereka, kita hanya belum terbiasa dengan program dan kurikulum ini. Yah, pada akhirnya semua akan terbiasa dan tidak ada yang protes lagi. Mudah-mudahan sih...



Tapi pak...


Saran saya nih ya, untuk meredakan protesan-protesan dari siswa-siswa yang lebay, lebih baik kurikulumnya diganti lagi dengan KTSP. Atau kurikulumnya tetap tapi program "5 Hari Sekolah" dihilangkan. Atau mungkin kurikulum dan program hari sekolahnya bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Kalau bisa sih...

Nah, kalau salah satu dari kemungkinan di atas dipenuhi atau bahkan ketiganya, saya yakin siswa-siswa yang protes terlalu lebay akan kembali tenang dan damai. Terus terang saja pak, saya tidak tahan didekat orang yang protes suka lebay.

Oke, sekian dulu surat dari saya kali ini. Mungkin kalo nggak ada kerjaan atau protes lagi dari teman-teman saya akan menulis surat ke Bapak lagi. Maaf kalo terlalu panjang. Maaf kalo bahasa yang saya gunakan tidak baku karena saya tidak terlalu hafal kata-kata baku. Maaf kalo ada ketikan saya yang typo, maklum, anak muda zaman sekarang.

Akhir kata,

Selamat Sabtu malam Pak~