Sabtu, 12 September 2015

Duka dan Gembira

Hari itu sahabat terdekat gue udah nggak bisa bersama gue lagi. Namanya Pec. Dia udah pergi ninggalin gue. Padahal baru 5 tahun gue bersama dia. Walaupun gue tau 5 tahun bukan waktu yang sebentar, tapi tetep aja kayaknya baru kemarin gue ketemu dia. Sebenernya gue juga nggak tau alasan dia pergi secepat ini. Tau-tau dia udah nggak berdaya lagi. Kondisinya parah, salah satu tangannya putus.

Pagi itu gue bangun seperti biasa, makan seperti biasa, dan nonton kartun pagi seperti biasa. Itu semua gue lakukan bersama dia. Tapi gak tau kenapa, sekitar pukul 10.30 waktu gue lagi iseng manasin mesin kamera, tiba-tiba salah satu tangannya putus. Gue panik, dan segera minta bantuan. Tapi percuma, dia udah gak tertolong.

"Kenapa secepat ini? Kenapa harus hari ini?! Padahal besok ujian! Gue kan nggak bisa hidup tanpa Pec!"

Selamat Tinggal Pec.

si Pec.
Ya, Pec adalah sebuah kacamata. Eits, jangan salah! Walaupun dia kacamata, tetep aja dia sahabat gue yang paling setia. Waktu gue seneng dia ada, waktu gue nangis kejer juga dia masih nempel di kepala gue. Banyak kenangan yang tercipta antara gue dan Pec selama 5 tahun ini. Dia rela gue pake waktu tidur (sebenernya ketiduran), dia nggak protes waktu air mata gue netes ke lensanya, dia juga nggak marah waktu kena bola basket. Pokoknya gue sayang sama Pec.

Karena gue nggak bisa hidup tanpa Pec (baca : kacamata). Akhirnya gue ke optik langganan untuk beli kacamata baru. Begitu sampai di depan optk, aura ratusan kacamata berbagai model langsung terasa. Baru melewati pintu masuk, ratusan kacamata berbagai model itu teriak,

"Beli aku!"
"Pilih aku!"
"Jangan, pilih aku aja!"
"Hargaku lebih murah, beli aku aja!"
"Aku lebih keren, beli aku aja!"

Gue bingung.

Gue butuh waktu setengah jam lebih untuk memutuskan kamata mana yang gue beli. Si Pemilik Optik (yang juga udah kenal gue) sampai mengeluarkan puluhan model kacamata yang selalu gue tolak, "Ah, gak cocok pak." Sampai pada satu kacamata yang ngebuat gue mikir, "Keren juga." Tanpa pikir panjang--karena si Pemilik Optik juga udah keliatan jengkel-- gue langsung bilang, "Yang ini keren juga pak, ambil yang ini deh." Si Pemilik Optik pun tersenyum lega bahagia.

Kacamata ini sebenernya sama kayak kacamata-kacamata lainnya. Yang bikin gue tertarik adalah warnanya. Dengan warna dasar hitam terus ditumpuk sama plastik warna putih ngebuat jadi berkesan keren. Gue sebagai penggemar fanatik warna hitam-putih nggak mau kehilangan kesempatan ini. Gue kasih nama kacamata itu Si Bianco (bahasa Italia dari "putih'". Berasa keren gitu pake bahasa Itali)

Gue salah BESAR!

Gue kira si Bianco langsung gue pake dan dibawa pulang. Tapi ternyata gue harus nunggu proses pembuatan lensanya. "Paling cepet seminggu." Kata si Pemilik Optik tadi. Karena hari Seninnya gue Ujian, gue dengan sangat sangat sangat terpaksa akhirnya memakai kacamata cadangan. Si Pec Mk.II

Pec Mk.II

DAAAAAAN... Akhirnya setelah menunggu seminggu, Bianco ahirnya bisa bersanding di kepala gue,Gara-gara gue make Bianco, tingkat kecupuan gue berkurang 1%. Yah, lumayan untuk orang yang cupunya 90%. Oiya kalian dapet salam dari Bianco, dia sekarang lagi nemenin gue nulis paragraf terkahir ini. Untuk Pec, selamat tinggal, hati-hati disana, terimakasih sudah menemani  gue selama 5 tahun ini. Pec, terimakasih.

Selamat Sabtu malam!

Tulisan ini didedikasikan untuk
Spectacle, si Kacamata
2010-2015

0 Komentar Absurd:

Posting Komentar