Sabtu, 02 April 2016

TEROR

Ternyata nggak cuman Jakarta yang diteror. Gue pun minggu-minggu ini sedang diteror. Parahnya terorisnya adalah orang terdekat gue. Ya, orang ter-de-kat. Ibu. Dia lah biang kewas-wasan gue selama seminggu. Ceritanya dimulai sekitar lima hari yang lalu.

Sore itu, gue yang sedang berada di kamar dikagetkan sama Ibu gue yang tiba-tiba masuk. Dia duduk di sebelah gue yang sedang tiduran. Tiba-tiba satu pertanyaan tidak terduga keluar, loncat dari mulut Ibu gue dan langsung menusuk jantung gue. Rasanya kayak Ibu gue lagi megang senjata jenis AK yang pelurunya tinggal satu dan itu tertmbak tepat menembus jantung gue. Pertanyaannya, "Kak, pacarmu siapa?" That is a simple question, very simple question. Gue gak bilang ini pertanyaan yang mudah. Pertanyaan simple yang membuat gue hampir jantungan dan mati menggelepar. Siapa yang nggak kaget kalo tiba-tiba dikasih pertanyaan begini? Kalo pertanyaannya macam, sebutkan ciri-ciri Coelenterata, gue masih bisa jawab.

Gue diem sejenak, beberapa detik. Sampai akhirnya gue jawab "Nggak punya." Gue jawab jujur. Toh buat apa gue bohong dengan ngomong gue udah punya pacar? Kayaknya Ibu gue belum kehabisan amunisinya, dia reload lagi senjata nya. Bersiap dengan pertanyaan kedua. "Kenapa nggak punya?" Jeduarrrr... pertanyaan kedua ditembakkan, gue kaget lagi. Nggak mau jadi perang berkelanjutan gue milih jalan aman. Gue jawab, "Nggak tau." dan pergi keluar kamar. Malam ini, gue berhasil meloloskan diri.


Paginya, gue sudah siap dengan seragam sekolah dan bersiap berangkat. Langkah gue berhenti saat ada peluru lagi ditembakkan. "Kak! Salam buat pacarmu!" What the hell? Padahal gue udah bilang nggak punya. Kenapa tetep aja ditanya tentang itu. Yah, seperti biasa, gue lari dengan berteriak, "NGGAK PUNYA!" Gue langsung berangkat ke sekolah.

Terus begitu selama lima hari ini. Gue kayak seorang warga sipil yang megang senjata tapi ditembakin pake senapan. Gue cuman bisa lari. Siklusnya dimulai dengan pertanyaan "Kak, pacarmu siapa?" "Nggak punya." "Salam buat pacarmu ya." "Nggak punya!" Begitu terus. Malahan setelah geu bilang "Nggak punya!" Ibu gue menjawab, "Cari dong!"



ARRRGGHH!!!

Emang kenapa sih kalo gue nggak punya pacar? Apa setiap remaja laki-laki normal harus punya pacar? Apa pacar begitu penting buat kehidupan reamja? Apa Ibu gue takut kalo gue jadi gay? Mmmm, mungkin yang terakhir bisa jadi alasan yang pas. Tapi gue nggak bakalan jadi gay!!! Gue normal! Gue juga suka sama perempuan. Tapi gue takut memulai sebuah percakapan dengan perempuan. Gue takut ngobrol sama gadis remaja seumuran. Bahkan lewat chatting

Emang nggak ada alasan yang pasti kenapa gue bsia takut ngobrol sama perempuan. Gue aja bingung. Yah tapi kapan gue pacaran, itu urusan gue sendiri. Itu keputusan gue sendiri. Buat gue, saat ini gue belum butuh pacar. Saat ini gue masih belajar.

Selamat Sabtu malam!

7 komentar:

  1. Jedaar! Kayaknya, kamu harus buru-buru cari pacar deh, Fik. Sama seperti kamu, gue juga rada takut memulai percakapan dengan orang yang umurnya sama dengan gue. Akan lebih mudah memulai percakapan dengan orang yang lebih muda ketimbang dengan yang seumuran. Suka ngerasa cool kalau ngomong di depan cewek yang usianya beda beberapa tahun dengan usia gue. Hohoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya nih bang :) Tapi buat beberapa tahun ini gue mending cari tempat yang aman dari serangan peluru dulu deh, hehehehe

      Hapus
  2. Mungkin ibu lo takut kalo anaknya homo makanya buruan gih cari pacar sana jangan ndekem dikamar terusss

    BalasHapus