Sabtu, 13 Juni 2015

Kilasan Terakhir

Kalo kalian baca judul diatas dan mengira ini postingan yang bertema sama dengan postingan 'april mop' kemarin, kalian salah. Ini tulisan tentang saat terakhir gue dengan sekolah. Saat terakhir gue dengan 'basecamp', saat terakhir gue dengan temen-temen, saat terakhir gue dengan kolam ikan, dan saat terakhir gue dengan paving... Oke, gue terlalu lebay.


Rabu, 10 Juni 2015

Hari pengumuman hasil Ujian Nasional tingkat SMP. Pagi itu, dengan penuh kekhawatiran gue memaksakan diri untuk bangun. Jam 8, gue berangkat dari rumah. Sampai di sekolah sekitar jam 8.30an, masih sepi, gue ke kelas, hanya ada seorang teman di sana. Angga. Karena kondisi kelas sangat tidak layak untuk dipandang, gue dengan dibantu Angga memutuskan untuk membersihkan kelas....


Oke, gue skip aja...


Acara pun dimulai, setelah penampilan-penampilan band, setelah pengumuman-pengumuman nilai tertinggi, setelah beberapa kali pidato, gue akhirnya naik panggung. Gue kaget, karena ini tiba-tiba. Gue didatangi oleh Ketua OSIS angkatan gue, Nawanggi. Dia bilang, "Nanti kita upacara penglepasan atribut, habis parade. Barengan sama paduan suara." "Hah!?", respon gue waktu itu.

Perlu kalian tau, upaca penglepasan atribut menurut gue bukanlah hal yang penting. Jadi, gue dan Nawanggi cuman naik ke atas panggung dengan seragam lengkap, dilepas topinya sama Kepala Sekolah, terus udah... gitu aja. Simpel, nggak ada 10 menit, bahkan nggak ada 5 menit. Cuman, karena upacara ini digabung sama paduan suara, gue jadi nungguin paduan suara selesai baru turun panggung. Sementara paduan suara menyanyikan lagu 'Hymne Guru', gue cuman berdiri dan senyum-senyum nggak jelas.

Dibalik diam dan senyuman gue, tiba-tiba kilasan-kilasan dari tahun-tahun lalu datang...


Pertama, dua tahun yang lalu. Hari pertama masuk sekolah, Masa Orientasi. Gue yang ceritanya masih cupu (sampai sekarang) lupa bawa topi. Saat upacara, seorang kakak kelas menghampiri dan menegur, "Besok topinya dibawa ya." "Iya, mbak", jawab gue setengah ketakutan. Belakangan gue tau kalo yang menegur gue waktu itu adalah calon Ketua OSIS masa itu. Mbak Atha. Sesampainya dirumah, gue langsung ngubek-ngubek lemari mencari dimana gue menaruh topi SD.

Lalu kilasan saat gue pertama kali masuk ke kelas 7B. Waktu itu, nggak banyak obrolan dikelas karena kita belum saling kenal. Tapi setelah 3 hari MOS, gue udah mulai akrab dengan beberapa teman. Kelas 7 waktu itu masih santai, soalnya masih pakai KTSP (gak nyambung). Lalu kilasan tentang pendaftaran pengurus OSIS baru, gue dan keempat-teman-baru gue sepakat untuk mencoba tahap pertama. Keputusan singkat (sangat singkat malah) yang nggak bakalan gue lupakan. Entah apa yang keempat-teman-baru gue jawab waktu tahap wawancara, tapi cuman gue yang lolos ke tahap berikutnya, singkat cerita gue jadi pengurus OSIS.

Kilasan waktu gue naik kelas 8. Tepatnya di kelas 8B, begitu gue tau masuk ke kelas ini, pikiran pertama yang datang ke otak gue malah What!? kelas B lagi?. Gue ketemu teman-teman baru lagi, gue harus adaptasi lagi. Ada satu kilasan yang bikin gue tersenyum lebar, dulu gue pernah meniru cara duduk salah satu karakter anime favorit. L, dari anime Death Note. Bodoh juga gue dulu. Salah satu temen pernah bilang kalo kelas 8 adalah kelas yang paling seru dan menyenangkan saat SMP, gue yang saat itu nggak paham apa yang dia omongin cuman bisa senyum. Tapi, waktu gue berdiri di panggung ini gue berpikir, bener juga kata dia waktu itu...

Kilasan waktu seleksi calon Ketua OSIS juga datang. Para pengurus OSIS angkatan gue berkumpul di ruang OSIS. Ketua OSIS waktu itu, mbak Atha bilang, "Siapa yang mau jadi ketua OSIS?". Jujur waktu itu gue bahkan nggak tau tujuan gue masuk OSIS. Gue memberanikan diri untuk mengajukan jadi calon ketua OSIS. Yah, gue memang nekat. Setelah berbagai macam seleksi, akhirnya terpilih 4 orang kandidat, dan gue ada diantara mereka! Gue nggak tau apa yang sebenernya ada di pikiran para senior waktu itu. Singkat cerita, hari pemilihan ketua OSIS pun tiba, gue menyampaikan visi-misi di depan semua siswa SMP 30 waktu itu. Dan hal gila terjadi di sini, gue dapat 150 suara dan otomatis jadi Wakil Ketua OSIS. Gue nggak percaya sekaligus bersyukur, nggak percaya kalo gue dapet 150 suara (bahkan gue nggak kenal 150 orang waktu itu.) dan bersyukur gue nggak jadi Ketua OSIS (kalo gue jadi, hancur OSIS nya). Nawanggi dan gue akhirnya menjabat jadi Ketua dan Wakil selama setahun.

Pengurus OSIS tahun gue, yang dulunya belasan tinggal 5 orang yang aktif.
Masih di kelas 8, kilasan kisah cinta pertama datang. Gue naksir dengan salah satu teman. Waktu itu dunia gue jadi berantakan, gue jadi sering senyum-senyum sendiri. GILA! Emang, menurut gue orang yang lagi jatuh cinta sama orang gila beda tipis. Sampai saat ini, gue nggak berani ngomong langsung satu kata pun sama dia. Padahal sering chat di BBM, padahal sering message di Facebook dan Twitter. Gue memang cemen.


Oke, SKIP!!



Kilasan di kelas 9 lah yang paling banyak. Gue ketemu temen-temen baru, dan harus adaptasi lagi. Di kelas 9 ini gue dipertemukan dengan empat Homo sapiens ajaib yang memanggil diri mereka "4Kacamata". Dan dengan bergabungnya gue, jadi "5Kacamata". Nama yang... aneh.

Ade, Davi, Angga, Bivan, Gue.

Gue juga dipertemukan dengan seorang manusia yang nantinya jadi teman karib gue. Luqman. Dia seorang musisi yang malang melintang dari band-ke band. Kadang jadi gitaris, kadang kadi bassis. Sedangkan satu-satunya alat musik yang gue kuasai adalah mulut, beatbox (itu aja amatiran). Dia juga punya pemikiran-pemikiran absurd.

Sok-sok bassis gitu...
Kilasan-kilasan tentang acara-acara khusus kelas 9 dari tambahan, do'a bersama, try out, sampai UN datang silih berganti. Kilasan tentang 'basecamp' juga datang begitu aja. Kilasan waktu gue canggung di Jogja juga ada. Sampai sekarang gue masih nggak bisa ngomong langsung satu kata pun, sampai saat ini gue masih sama seperti dulu, memendam rasa yang sama.

Setelah kilasan-kilasan itu, gue disadarkan dengan teguran Bu Kepsek, "Eh, kamu nangis ya?" Gue buru-buru jawab, "Enggak bu!" Padahal mata gue berkaca-kaca. Nyanyian dari paduan suara masih terdengar, Hymne Guru masih berkumandang. Menambah suasana haru, Gue nggak bisa nangis kejer gitu kan...



***

Detik-detik pengumuman kelulusan semakin dekat. Gue deg-degan, temen-temen deg-degan, orang tua deg-degan, semuanya deg-degan. Sampai akhirnya tiba, pengumuman. Gue dikasih tau bahwa SMP N 30 Semarang...


LULUS 100%!!!


Gue bersorak, Luqman bersorak, semuanya bersorak. YEAAAAY!!



Di perjalanan pulang, gue memilih untuk jalan pelan-pelan dan naik angkot bareng Luqman. Sebenernya gue bisa aja ikut pulang Ayah, tapi gue nggak mau, karena ini mungkin jadi kali terakhir gue jalan di Jalan Amarta.

Tiba-tiba Luqman bilang, "Gimana nanti kalo kita nggak bisa ketemu lagi?"

"Yaah, kan masih bisa main ke rumah. Lagian udah ada teknologi kan.. Bisa skype-an juga.", jawab gue.


Gue mikir...

Iya kalo kita nggak sibuk sendiri-sendiri. Iya kalo kita masih inget satu sama lain.

Tapi gue nggak kayak gitu, gue bakalan inget terus sama kalian. Kalian bisa dateng ke rumah gue kapan aja, asal ngabarin dulu sebelumnya, asal jangan ngirimin paket bom. Perpisahan bukan berarti kita nggak bakalan ketemu lagi, perpisahan adalah tanda kalo kita ternyata punya orang-orang yang kita sayangi.

Selamat Sabtu malam, dan selamat kelulusan!

2 komentar: